Cuaca yang buruk seringkali menjadi sumber kekhawatiran bagi para petambak udang. Banyak petambak yang mengeluh akibat keadaan cuaca yang tidak bersahabat, hingga menyebabkan berbagai masalah seperti penurunan kualitas air, yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan risiko penyakit pada udang. Hal tersebut dapat mengancam kelangsungan usaha petambak secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi petambak untuk selalu waspada dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh cuaca yang tidak mendukung ini.
Bagaimana Cuaca Dapat Mempengaruhi Kondisi Air di Tambak Udang?
Saat ini cuaca sering tidak menentu sehingga kolam di tambak udang kerap mengalami perubahan secara signifikan. Ketika hujan turun, kondisi di tambak udang dapat mengalami perubahan dissolved oxygen (DO). Kondisi DO atau oksigen terlarut dalam air dapat mengalami fluktuasi yang sangat rendah pada malam hari. Padahal, fitoplankton, sebagai salah satu pemasok oksigen dalam air akan berisitirahat dalam memproduksi oksigen. Lebih lanjut, suhu yang semakin turun pada malam hari disertai dengan hujan akan mencapai titik terendah yang berdampak pada penurunan suhu sekitar 5 hingga 6oC yang dapat mempengaruhi kondisi udang di tambak.
Saat hujan, nilai pH yang ada di kolam juga akan mengalami penurunan hingga di titik terendah. Hal ini disebabkan karena air hujan memiliki kadar keasaman yang relatif lebih rendah yakni 6,2 hingga 6,4. Nilai pH yang rendah di kolam akan berdampak pada meningkatnya penyakit pada udang sehingga bisa menurunkan angka pertumbuhan udang. Selain itu, hujan yang deras dalam waktu yang cukup lama akan membawa massa air lebih banyak, yang dapat menyebabkan pengenceran nilai salinitas di dalam air kolam. Salinitas yang rendah akan membuat hasil panen kurang optimal, apalagi ditambah kehadiran badai pada malam hari.
Kondisi cuaca yang buruk dan perubahan signifikan pada parameter, merupakan mimpi buruk bagi banyak petambak. Sehingga diperlukan pemantauan secara langsung untuk memantau kondisi air di kolam hingga pemadaman listrik yang menyebabkan kincir air mati akibat cuaca buruk tadi. Oleh karena itu, memastikan kualitas air yang optimal bagi udang adalah suatu keharusan untuk menjaga parameter-parameter penting seperti tingkat oksigen terlarut (DO), tingkat keasaman (pH), suhu, dan salinitas tetap dalam kisaran yang ideal.
Sebuah solusi inovatif untuk memantau kualitas air di kolam tambak udang Anda secara otomatis adalah dengan menggunakan LIQUISENS. Dengan teknologi berbasis Internet of Things (IoT), LIQUISENS dapat memberikan data akurat secara real-time. Petambak dapat dengan mudah memonitor kualitas air melalui ponsel mereka tanpa harus secara langsung melakukan pengecekan, bahkan saat cuaca buruk atau pada malam hari. Selain itu, LIQUISENS dilengkapi dengan fitur alarm peringatan yang cepat untuk memberitahu petambak saat terjadi fluktuasi kondisi air yang tidak ideal.
LIQUISENS dilengkapi perlindungan Reporter IP67 di mana alat ini dapat bekerja di tengah cuaca buruk, bahkan saat listrik padam akibat badai. LIQUISENS tetap menjadi pilihan yang andal dalam memantau kondisi air di tambak udang. Dengan menggunakan baterai internal berkapasitas 5200 mAh, alat ini mampu menyediakan data real-time selama 7 hari penuh, yang sangat membantu dalam menjaga kondisi optimal udang Anda.
Dengan LIQUISENS, Anda dapat memantau kualitas air di tambak udang di mana pun dan kapan pun, hanya dengan menggunakan satu genggaman melalui ponsel Anda.
Baca juga:
- Efisiensi Pakan Ayam Meningkat Berkat Air yang Berkualitas
- Benarkah Filter Air Terinspirasi dari Tubuh Ikan? Simak Penjelasannya Berikut Ini
- Solusi Air Berkualitas untuk Hasil Budidaya yang Optimal dengan Tim Aquaculture YUKI
- Jangan Salah! Ini Dampak Buruk Pemberian Air yang Asal-Asalan pada Ayam Broiler
- Setengah dari Warga Jakarta Jadikan Junk Food Sarapan, Netralisir dengan Air Minum Berkualitas