Tambak udang telah menjadi salah satu sumber penting dalam industri perikanan global, memberikan kontribusi signifikan terhadap pasokan udang untuk konsumsi manusia. Namun, keberhasilan produksi tambak udang tidak lepas dari tantangan pengelolaan kualitas air tambak. Maka dari itu, air tambak sebelum digunakan untuk proses produksi budidaya perlu dilakukan disinfeksi terlebih dahulu. Tujuan dari disinfeksi air yaitu untuk mengontrol populasi mikroorganisme patogen dan menjaga lingkungan yang sehat bagi pertumbuhan udang.

Salah satu cara yang umum digunakan untuk disinfeksi air tambak adalah dengan menggunakan bahan kimia. Meskipun demikian, penggunaan bahan kimia dalam disinfeksi air tambak dapat menimbulkan masalah. Perlu adanya penanganan agar produksi tambak udang dapat berlangsung secara berkelanjutan. Berikut adalah beberapa permasalahan yang sering muncul terkait dengan penggunaan bahan kimia dalam disinfeksi air tambak udang:

Residu Kimia

Penggunaan bahan kimia seperti klorin, klorin dioksida, kalsium hipoklorit, atau formaldehida dalam disinfeksi air tambak dapat meninggalkan residu kimia di dalam air. Residu ini dapat berdampak negatif pada kesehatan udang dan lingkungan sekitar jika tidak terkelola dengan baik.

Resistensi Mikroorganisme

Penggunaan bahan kimia (antibiotik) dalam jangka panjang dapat menyebabkan mikroorganisme seperti bakteri dan alga menjadi resisten terhadap bahan kimia tersebut. Bakteri yang selamat dari paparan antibiotik akan berkembang biak secara eksponensial, termasuk yang memiliki sifat resistensi. Hal ini dapat mengurangi efektivitas bahan kimia sebagai agen disinfektan.

Dampak Lingkungan

Beberapa bahan kimia yang digunakan dalam disinfeksi air tambak dapat memiliki dampak negatif pada lingkungan sekitar jika tidak dikelola dengan baik. Misalnya, pencemaran air dan tanah oleh residu kimia atau dampak terhadap organisme non-target seperti ikan dan burung.

Kesehatan Manusia

Penggunaan bahan kimia dalam disinfeksi air tambak juga dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia yang bekerja di sekitar tambak atau pengonsumsi produk tambak udang yang terpapar oleh residu kimia.

Tentunya perlu penanganan untuk mencegah atau paling tidak meminimalisir dampak dari infeksi mikroorganisme di atas. Selama ini mayoritas petambak masih menggunakan metode disinfeksi konvensional, yaitu melakukan disinfeksi air menggunakan kaporit sebelum tebar benur. Namun metode tersebut memerlukan waktu yang lama (lebih dari 24 jam), sehingga tidak dapat segera melakukan tebar benur. Selain itu, jika dihitung-hitung penggunaan kaporit tergolong mahal. Terlebih waktu penambahan air saat masa budidaya, juga memerlukan penambahan kaporit.


Mendengar permasalahan dalam budidaya udang, YUKI Water Treatment menawarkan sebuah sistem disinfeksi air budidaya dengan menggunakan teknologi sinar UV. Teknologi tersebut dikembangkan oleh ULTRAAQUA dari Denmark, yang telah berpengalaman hampir 30 tahun. ULTRAAQUA beroperasi di seluruh dunia melalui jaringan distributor lebih dari 120 negara yang dipilih dengan cermat dan aktif. Terdapat beberapa sektor budidaya perikanan di berbagai belahan dunia yang telah membuktikan keberhasilan penggunaan ULTRAAQUA dalam budidayanya.

UV ULTRAAQUA bekerja mensterilisasi air dengan cara menyinari air dengan sinar UV yang dapat menonaktifkan bakteri/mikroorganisme di dalamnya. Dengan menggunakan produk UV ULTRAAQUA, kondisi kualitas air akan meningkat dan terhindar dari masuknya patogen yang dapat mengancam kehidupan udang.

UV ULTRAAQUA telah terbukti mampu mendisinfeksi air hingga 99,9%. UV ULTRAAQUA ini juga dapat dipastikan tidak menggunakan bahan kimia apapun, sehingga kualitas udang vaname semakin baik dan tidak meninggalkan residu pada air buangan bekas budidaya.

Baca Juga: