Ikan sidat, atau dikenal juga sebagai eel dalam bahasa Inggris, adalah jenis ikan yang banyak dicari karena dagingnya yang lezat dan nilai ekonominya yang cukup tinggi. Di Indonesia, ikan sidat (Anguilliformes) sering dibudidayakan untuk pasar lokal dan ekspor. Budidaya ikan sidat memiliki potensi yang besar jika dilakukan dengan metode yang tepat dan perawatan yang optimal. 

Sebelum memulai budidaya, penting untuk memahami siklus hidup ikan sidat. Ikan sidat memiliki siklus hidup yang kompleks, dimana pada fase larva sidat berkembang di laut dan fase dewasa sidat hidup di perairan tawar atau payau. Di  dalam akuarium atau kolam budidaya ikan sidat, fokus utamanya adalah menjaga kondisi budidaya yang mirip dengan habitat alami mereka. Pilih lokasi budidaya yang strategis dengan akses mudah ke air bersih. Pastikan pula lokasi tersebut bebas dari pencemaran dan memiliki sistem drainase yang baik. Ikan sidat membutuhkan perairan yang jernih dan bersih dengan sirkulasi air yang baik. Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat memulai budidaya ikan sidat: 

1.Kolam untuk budidaya ikan sidat bisa berbentuk bundar atau persegi panjang, dengan ukuran dan kedalaman yang disesuaikan dengan jumlah ikan yang akan dibudidayakan. Kedalaman ideal kolam adalah sekitar 1,5 hingga 2 meter untuk memastikan ruang yang cukup bagi ikan untuk bergerak. Sistem aerasi dan filtrasi juga harus sesuai karena sangat penting untuk menjaga kualitas air budidaya. Sistem aerasi harus tetap menyala selama 24 jam dengan kadar oksigen optimal di 5 mg/l. Kualitas air harus dipantau secara berkala, termasuk pH (optimal pada 7-8), suhu, dan kadar amonia. Isi kolam dengan air bersih dan biarkan selama beberapa hari untuk memastikan bahwa tidak ada bahan kimia berbahaya yang tersisa. Pastikan suhu air sesuai dengan kebutuhan ikan sidat, yaitu sekitar 20-30°C.

2.Pilih bibit ikan sidat yang sehat dan bebas dari penyakit. Bibit ikan sidat biasanya diperoleh dari pembenihan atau pemasok yang terpercaya. Pilih bibit dengan ukuran seragam dan aktif berenang.Tempatkan bibit ikan sidat secara perlahan ke dalam kolam untuk menghindari stres. Berikan waktu aklimatisasi dengan memperkenalkan bibit ke lingkungan baru secara bertahap. Berikan pakan yang berkualitas tinggi, seperti pelet khusus ikan sidat, cacing, atau makanan hidup lainnya. Pakan harus diberikan dalam jumlah yang sesuai dan tidak berlebihan untuk menghindari pencemaran air.

3.Manajemen kualitas air dan pemeliharaan ikan sidat dengan memantau dan mengelola kualitas air secara rutin perlu dilakukan. Gantilah sebagian air kolam secara berkala untuk menghindari penumpukan limbah dan menjaga keseimbangan ekosistem. Periksa ikan secara rutin untuk mendeteksi tanda-tanda penyakit atau infeksi. Jika ada ikan yang menunjukkan gejala sakit, pisahkan dari kelompok utama untuk menghindari penyebaran penyakit. Jaga kebersihan kolam dan lingkungan sekitar untuk mencegah munculnya hama dan parasit. Gunakan metode pengendalian yang aman dan ramah lingkungan.

4. Ikan sidat siap panen setelah mencapai ukuran yang diinginkan. Waktu panen bervariasi tergantung pada jenis dan tujuan budidaya. Biasanya, ikan sidat dipanen ketika telah mencapai berat sekitar 200-500 gram. Gunakan jaring atau alat panen lainnya yang sesuai untuk menangkap ikan tanpa merusak kualitas daging. Segera setelah dipanen, ikan harus disimpan dalam kondisi yang baik untuk menjaga kesegarannya. Rencanakan strategi pemasaran untuk menjual ikan sidat, baik untuk pasar lokal maupun ekspor. Pastikan ikan dikemas dengan baik dan memenuhi standar kualitas untuk meningkatkan nilai jual.

Nilai jual ikan sidat sendiri selalu menjanjikan terutama jika sudah memasuki kategori ekspor, di mana memang ikan sidat termasuk ikan yang cukup sulit untuk dibudidayakan dan memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan lingkungan perairan. Tak jarang, usaha yang dibudidayakan mengalami kegagalan dan menyebabkan kerugian. Konsep budidayanya sendiri harus dipertimbangkan dengan baik mulai dari pemilihan bibit/benih ikan, pemilihan pakan hingga manajemen dan biosecurity lingkungan budidayanya.Terutama untuk memaksimalkan kualitas air agar free patogen saat masuk ke dalam kolam budidaya.

ULTRAAQUA

Salah satunya, dengan menggunakan desinfeksi sinar UV-C. YUKI Water Treatment hadir dengan sistem desinfeksi sinar UV-C dari ULTRAAQUA. Keefektifan sistem UV-C ULTRAAQUA terjamin karena dilengkapi dengan UV Intensity Sensor. Sensor ini dapat memantau efektivitas sinar UV-C, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti penurunan kualitas air, usia lampu, dan masalah pada lampu akibat kerak atau gangguan lain di quartz sleeve. Untuk mengatasi masalah pada quartz sleeve yang bisa mengurangi kinerja sistem UV-C, ULTRAAQUA dilengkapi dengan Ultrawiper. Alat ini membersihkan quartz sleeve secara otomatis ketika sensor UV-C mendeteksi adanya kerak atau halangan yang mengganggu proses desinfeksi.

Baca Juga: