Ikan koi (Cyprinus carpio) merupakan salah satu ikan yang cukup populer di Indonesia. Warnanya yang eksotis hingga bentuk tubuh yang proporsional menjadi daya tarik dari ikan koi. Hal tersebut menjadikan ikan koi primadona, bukan hanya di pasar lokal tetapi hingga pasar global. 

Namun, kualitas ikan tentu berbanding lurus dengan harganya. Diketahui harga koi ukuran dewasa di pasar lokal berkisar Rp 500.000 – Rp 2.000.000. Harga yang cukup fantastis untuk satu ekor ikan. Terlebih, jika ikan tersebut pernah memenangkan kontes. Sehingga membudidayakan ikan koi sangat menggiurkan bagi para pengusaha atau penghobi ikan hias. 

Namun dibalik prospek yang menjanjikan tersebut, ada tantangan besar yang dihadapi dalam budidaya ikan koi yaitu infeksi penyakit. Infeksi penyakit masih menjadi tantangan serius dalam budidaya ikan koi. Penyakit seperti, motile aeromonas septicemia (MAS), koi herpes virus (KHV), argulus, kutu jarum dll sering menginfeksi ikan koi yang bersumber dari lingkungan sekitar, baik dari sumber air maupun karena kondisi air budidaya yang buruk. 

Untuk menangani masalah ini diperlukan langkah preventif sebagai bentuk pencegahan. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu menerapkan recirculating aquaculture system (RAS)

Apa Itu Sistem RAS pada Budidaya Ikan Koi?

RAS merupakan teknologi budidaya yang menerapkan sistem resirkulasi air selama masa pemeliharaan. Dengan demikian, tidak ada pergantian air (zero water change) pada sistem RAS, sehingga budidaya lebih terkontrol dan mampu meminimalisir kontaminasi dari lingkungan sekitar. Berbeda dengan sistem konvensional yang rutin melakukan pergantian air, yang boros dan tidak menjamin bebas dari patogen. Dengan RAS, air yang kotor akan dibawa menuju sistem filtrasi. Diantaranya seperti: filter mekanis, kimiawi, dan biologi. 

Sistem RAS

Komponen Penting Sistem RAS untuk Ikan Koi

Berikut beberapa komponen penting dalam RAS, diantaranya yaitu:

  • Wadah pemeliharaan ikan: bak atau kolam yang menjadi tempat memelihara ikan koi
  • Filter mekanis: untuk menyaring partikel kasar seperti feses dan sisa pakan
  • Biofilter: sebagai media nitrifikasi dan denitrifikasi
  • Arang aktif atau protein skimmer: untuk mereduksi bahan organik yang terlarut
  • UV filtrasi: Untuk membunuh patogen dan mengurangi risiko infeksi penyakit
  • Pompa: membantu sirkulasi air ke seluruh sistem RAS
  • Aerator: Menjaga kelarutan oksigen di kolam maupun biofilter

Dengan demikian, air akan selalu bersih dan kualitas air terjaga. Sehingga ikan koi dapat terhindar dari penyakit. Jadi bisa dikatakan, menerapkan sistem RAS sama dengan memperketat biosecurity.

Investasi dan Pertimbangan Ekonomi

Walaupun biaya investasi yang dikeluarkan cukup besar, namun sebanding dengan manfaat yang didapatkan. Seperti: mengurangi risiko infeksi patogen, mengurangi kematian pada ikan, menjaga kualitas air tetap stabil, dan menjaga kualitas warna pada ikan.

Berbeda dengan sistem konvensional yang rutin maintenance, RAS tidak memerlukan banyak maintenance. Cukup kontrol seluruh sistem filtrasi dan pompa berjalan optimal. Hal yang tidak kalah penting yaitu persiapkan backup plan sedari tahap perencanaan jika terdapat worst case seperti sistem filtrasi, pompa bermasalah, dan lain-lain agar tidak mengganggu budidaya. Sehingga perancangan sistem RAS penting dilakukan dengan matang, agar budidaya ikan koi dapat berjalan sesuai rencana. 

Kesimpulan

Budidaya ikan koi dengan sistem RAS merupakan cara modern yang tidak hanya membantu menghasilkan koi berkualitas tinggi, tetapi juga lebih hemat air dan dapat mengurangi risiko penyakit. Dengan perencanaan yang matang, pengelolaan yang baik, dan pemahaman tentang komponen utama RAS, pembudidaya berpeluang meraih hasil optimal, baik untuk memenuhi pasar lokal maupun menembus pasar ekspor.

Baca Juga: