Kebijakan MBG atau Makan Bergizi Gratis menuai polemik menjelang akhir tahun 2025 ini. Pasalnya ditemukan ribuan kasus siswa yang keracunan usai mengonsumsi MBG di berbagai wilayah. Bahkan Gubernur Jawa Barat sampai menetapkan kondisi ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang harus segera ditangani dan diselidiki. Kontroversi ini tentu saja menyita perhatian masyarakat. Terdapat berbagai faktor yang dapat menimbulkan fenomena keracunan massal ini.
Menurut Tjandra Yoga Aditama selaku Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, setidaknya terdapat 5 faktor yang dapat menjadi pemicu keracunan makanan sebagai berikut:
- Infeksi bakteri Salmonella, Campylobacter, dan Escherichia coli pada sampel makanan korban keracunan.
- Infeksi virus yang disebut berjenis Novovirus dan virus Hepatitis A
- Keberadaan parasit seperti cacing trematoda dan cacing pita seperti Ekinokokus maenia Taenia.
- Disebabkan oleh Prion yang merupakan bahan infeksi yang terdiri dari protein, contohnya adalah Bovine spongiform encephalopathy (BSE).
- Kontaminasi bahan kimia pada makanan.
Sementara kasus keracunan MBG di Indonesia, laboratorium menemukan tiga jenis bakteri berbahaya seperti E. coli, Clostridium sp., dan Staphylococcus pada sampel makanan dan muntahan korban. Melansir dari situs UGM, Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM, Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.sc. turut menyoroti kasus ini. Menurutnya tantangan terbesar pada program MBG adalah menjaga standar higienitas makanan.
Pertama masalah penyimpanan makanan yang telah dimasak seharusnya tidak disimpan lebih dari empat jam karena dapat memicu pertumbuhan bakteri. Kedua, faktor kualitas air yang digunakan juga harus diperhatikan dan dipastikan bebas dari berbagai kontaminan yang membahayakan kesehatan.
Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa kualitas air yang digunakan untuk proses memasak sangat berpengaruh. Mulai dari air yang digunakan untuk memasak hingga air yang digunakan untuk membersihkan peralatan masak dan makan harus dipastikan bebas kontaminasi untuk menjamin keamanan.
Untuk itu, diperlukan solusi pengolahan air yang mampu memastikan air yang digunakan terbebas dari kontaminasi. YUKI sebagai solution provider di water treatment memiliki sistem yang dapat menjadi solusi untuk menghasilkan air bebas kontaminan, sehingga aman untuk digunakan memasak.
Mulai dari penggunaan pre-filter untuk memastikan air terbebas dari berbagai zat kontaminan yang bersifat fisika dan kimia, sehingga akan menghasilkan air bersih. Kemudian dilanjutkan dengan sistem disinfeksi menggunakan teknologi UV-C yang efektif menonaktifkan patogen seperti E. coli, Clostridium, dan Staphylococcus hingga 99,9% dengan cara merusak RNA dan DNA patogen. Dengan sistem pengolahan air steril ini, air yang digunakan untuk memasak dan membersihkan peralatan masak dan makan menjadi lebih aman dan sehat.
Baca Juga:
- Keracunan MBG Marak Terjadi, Sudahkah Air yang Digunakan Bebas Kontaminan?
- Waspada! Air Sumur Bisa Jadi Sumber Penyakit Ternak, Ini Penjelasannya
- YUKI Water Treatment & FARM 2025: Bersama Membawa Solusi Air untuk Industri Udang yang Lebih Sehat
- Masalah Air Peternakan Tinggi Besi? Jangan Bingung, Ada Teknologi Filtrasi yang Bisa Jadi Solusi
- 4 Tanda Cafe/Restoran Anda Membutuhkan Filter UF Segera