Rubella adalah infeksi virus menular yang umumnya ringan yang paling sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda. Rubella atau campak jerman merupakan salah satu penyakit infeksi menular melalui saluran nafas yang disebabkan oleh virus rubella. Virus ini dapat menyebar dengan sangat mudah.  Penularan utamanya dapat terjadi melalui partikel air liur di udara, yang dikeluakan penderita melalui batuk atau bersin. Anak-anak maupun orang dewasa yang belum diberi vaksin Campak dan rubella atau belum pernah terkena penyakit ini, berisiko tertular penyakit ini.

Tidak ada pengobatan khusus untuk rubella namun penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi.

Pada anak-anak, penyakit ini biasanya ringan, disertai gejala termasuk ruam, demam rendah (<39 ° C), mual dan konjungtivitis ringan. Ruam, yang terjadi pada 50-80% kasus, biasanya dimulai pada wajah dan leher sebelum berkembang ke bawah tubuh, dan berlangsung 1-3 hari. Membengkak kelenjar getah bening di belakang telinga dan di leher adalah fitur klinis yang paling khas. Orang dewasa yang terinfeksi, lebih sering wanita, bisa mengalami radang sendi dan sendi nyeri yang biasanya berlangsung 3-10 hari.


Begitu seseorang terinfeksi, virus menyebar ke seluruh tubuh sekitar 5-7 hari. Gejala biasanya muncul 2 sampai 3 minggu setelah terpapar. Periode paling menular biasanya 1-5 hari setelah munculnya ruam.


Vaksinasi

Vaksin rubela adalah strain dilemahkan hidup yang telah digunakan selama lebih dari 40 tahun. Dosis tunggal memberi lebih dari 95% kekebalan jangka panjang, yang serupa dengan yang disebabkan oleh infeksi alami.


Vaksin Rubela tersedia baik dalam formulasi monovalen (vaksin yang ditujukan hanya pada satu patogen) atau lebih umum dalam kombinasi dengan vaksin lain seperti vaksin campak (MR), measles and gondok (MMR), atau campak, gondok dan varicella (MMRV).

Reaksi yang merugikan setelah vaksinasi umumnya ringan. Mereka mungkin termasuk rasa sakit dan kemerahan di tempat suntikan, demam ringan, ruam dan nyeri otot. Kampanye imunisasi massal di Wilayah Amerika yang melibatkan lebih dari 250 juta remaja dan orang dewasa tidak mengidentifikasi adanya reaksi merugikan serius yang terkait dengan vaksin tersebut.

Respon WHO


WHO merekomendasikan agar semua negara yang belum memperkenalkan vaksin rubela harus mempertimbangkan untuk melakukannya dengan menggunakan program imunisasi campak yang sudah ada. Sampai saat ini, tiga wilayah WHO telah menetapkan tujuan untuk menghilangkan penyebab cacat lahir yang dapat dicegah ini. Pada bulan April 2012, Inisiatif Campak – yang sekarang dikenal sebagai Inisiatif Campak & Rubela – meluncurkan Rencana Strategi Campak Global dan Rubella Global yang mencakup periode 2012-2020. Rencana tersebut mencakup tujuan global baru untuk tahun 2015 dan 2020.

Strategi ini berfokus pada penerapan 5 komponen inti:

  1. Mencapai dan mempertahankan cakupan vaksinasi yang tinggi dengan 2 dosis vaksin campak dan rubella
  2. Memantau penyakit ini dengan menggunakan surveilans yang efektif, dan mengevaluasi upaya program untuk memastikan kemajuan dan dampak positif kegiatan vaksinasi
  3. Mengembangkan dan mempertahankan kesiapan wabah, respon cepat terhadap wabah dan penanganan kasus yang efektif
  4. Berkomunikasi dan terlibat untuk membangun kepercayaan masyarakat dan permintaan akan imunisasi
  5. Melakukan penelitian dan pengembangan yang diperlukan untuk mendukung tindakan hemat biaya dan memperbaiki alat vaksinasi dan diagnostik.


Gejala yang timbul pada mereka yang terkena virus rubella terlihat sangat sederhana dan tidak spesifik. Bahkan terkadang tanpa gejala.Kalau ada gejala, diantaranya demam, bercak merah, pusing, batuk, pilek, konjungtivitis atau mata merah. Meski demikian, komplikasi campak bisa sangat memberatkan.

Virus ini sering menyerang anak-anak dan remaja. Juga dapat menular pada ibu-ibu yang sedang hamil pada tiga bulan pertama kehamilan. Ibu hamil yang tertular rubella bisa mengalami keguguran atau bayinya lahir dalam kondisi cacat.


Selain itu pengidap rubella bisa terkena radang otak, radang paru, radang telinga, diare berat, kebutaan dan dehidrasi yang dapat mendatangkan kematian. Di Indonesia kasus pasien rubella terbilang tinggi.


Menurut Riset Kesehatan Dasar, di Indonesia terdapat lebih dari 400 kasus rubella pada tahun 2011. Di kota-kota beasr seperti di Bandung pernah tercatat ada 63 kasus terduga rubella dengan 20 diantaranya dinyatakan positif.

Vaksin MR masih mahal karena harus diimpor.

Oleh karena itu itu pihaknya berharap, warga masyarakat mengikutsertakan bayi dan anak-anak mereka pada imunisasi masal tersebut. Ia sangat mengapresiasi warga yang memiliki kesadaran dan kemauan untuk mengikuti kegiatan ini. berikut Hal yang Perlu Diperhatikan:

  1. Pastikan anak anda sudah makan sebelum diimunisasi
  2. Informasikan kondisi kesehatan anak Anda kepada petugas (riwayat penyakit, pengobatan yang sedang dijalani, adanya kecacatan bawaan, kelahiran prematur, alergi atau riwayat rekasi berat setelah imunisasi sebelumnya.
  3. Setelah anak diimunisasi, tunggulah sekitar 30 menit di tempat untuk memantau kemungkinan terjadinya kejadian ikutan pasca imunisasi.
  4. Demam ringan, ruam merah dan bengkak ringan  di bagian yang disuntik adalah rekasi normal dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan.