Beberapa belakangan ini kasus polio di Indonesia mulai menunjukkan angka peningkatan. Polio bukanlah penyakit yang dianggap sepele, sebab penyakit ini menyebabkan kondisi serius dan membahayakan. Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengumumkan laporan ditemukannya kasus lumpuh layu akut (Acute flaccid paralysis/AFP) pada anak akibat virus polio di Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam rentang waktu akhir Desember hingga 4 Januari 2024. Temuan tersebut membuat Kemenkes meminta warga untuk melakukan perilaku hidup bersih dengan menggunakan sumber air yang baik.

“Beberapa faktor risiko terjadinya penularan virus polio adalah rendahnya cakupan imunisasi polio (pada anak), kondisi kesehatan kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih yang kurang baik seperti buang air besar (BAB) sembarangan, baik itu di sungai ataupun pada sumber air yang juga digunakan pada kehidupan sehari-hari,” kata dr. Maxi Rondonuwu, selaku Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) yang dikutip dari laman Kemenkes.

Melansir dari laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Virus polio terdiri dari tiga strain, yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon). Penyakit ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan total hanya dalam hitungan jam saja. Meskipun polio dapat menyerang pada usia berapa pun, infeksi virus tersebut lebih sering menyerang pada anak-anak di bawah usia lima tahun akibat sanitasi serta kualitas air yang buruk.

Gejala awal polio mirip dengan flu seperti demam, sakit kepala, kelelahan, muntah, sakit tenggorokan, dan nyeri pada anggota badan. Gejala ini biasanya akan berlangsung selama dua hingga lima hari. Namun, satu dari 200 infeksi dapat menyebabkan kelumpuhan permanen terutama pada kaki. Pada pengidap polio yang mengalami kelumpuhan, 5-10% meninggal karena otot pernapasan tidak dapat bergerak. Selain itu, sebagian pengidap polio akan mengalami gejala yang memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang.

Penyebaran virus polio terbilang mudah dan biasanya menular dari orang ke orang melalui jalur fecal-oral, atau jalur penularan di mana mikroba dalam partikel di feses berpindah dari satu orang ke mulut orang lain. Penularan ini akibat dari kondisi air yang tidak bersih atau air dan makanan yang telah terkontaminasi oleh mikroba tersebut dan berkembang biak di usus. Lebih lanjut, sanitasi yang buruk dapat memperparah risiko tertularnya virus polio pada anak.

Sumber: freepik

Meskipun sampai saat ini polio tidak ada obatnya, namun polio dapat dicegah dengan tindakan preventif. Selain aktif berpartisipasi dalam program imunisasi vaksin polio pada anak, juga penting untuk memilih sumber air yang bersih dan bebas dari mikroba berbahaya. Penggunaan air bersih dan sanitasi yang memadai dapat mencegah virus polio yang berdampak pada kesehatan anak-anak. Air yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tentunya harus bebas dari bau, rasa, maupun warna sehingga terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh kualitas air yang buruk.

Dalam mengatasi permasalahan kualitas air bersih, diperlukan adanya filterisasi air guna meningkatkan kesejahteraan manusia, serta menjadi tameng bagi tubuh agar terhindar dari berbagai penyakit yang diakibatkan patogen berbahaya seperti diare, kolera, dan tifoid. Proses sterilisasi yang aman dengan menggunakan sinar ultraviolet-C (UVC) yang efektif membunuh mikroorganisme. Sinar UVC mampu merusak deoxyribonucleic acid (DNA) dan ribonucleic acid (RNA) mikroorganisme sehingga mengakibatkan terhambatnya replikasi dan ekspresi gen yang menyebabkan kematian sel mikroba.