Berenang adalah salah satu olahraga yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Aktivitas ini mampu meningkatkan kebugaran kardiorespirasi, memperkuat otot, serta membantu menjaga berat badan ideal. Banyak orang memilih renang sebagai olahraga karena selain menyegarkan, berenang juga minim risiko cedera pada sendi dibandingkan dengan olahraga lain seperti lari atau angkat beban. Namun, dibalik manfaat yang melimpah, ada beberapa risiko kesehatan yang bisa muncul jika tidak berhati-hati.

Salah satu risiko yang sering dihadapi oleh para perenang adalah infeksi kulit dan telinga. Air kolam yang tidak bersih atau mengandung banyak bahan kimia dapat menyebabkan berbagai masalah kulit seperti dermatitis atau infeksi jamur. Infeksi telinga, yang dikenal dengan istilah “swimmer’s ear” atau otitis eksterna, juga umum terjadi pada perenang. Ini terjadi ketika air terperangkap di saluran telinga, menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri untuk berkembang biak.

Selain itu, paparan berlebihan terhadap klorin dalam air kolam juga bisa berdampak negatif. Meskipun klorin digunakan untuk membunuh kuman, bahan kimia ini dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernapasan. Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi seperti gatal-gatal, kemerahan pada kulit, atau mata berair setelah berenang. Dalam jangka panjang, paparan klorin yang terlalu sering dapat memicu masalah pernapasan kronis, terutama pada individu yang memiliki riwayat asma atau alergi.

Untuk menghindari masalah kesehatan ini, penting untuk memastikan bahwa kolam renang yang digunakan selalu dalam kondisi bersih dan terawat dengan baik. Selain itu, sebaiknya segera mandi dan membersihkan diri setelah berenang untuk menghilangkan sisa-sisa klorin atau kotoran lainnya dari tubuh. Menggunakan pelindung telinga dan kacamata renang juga dapat membantu mengurangi risiko infeksi telinga dan iritasi mata. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, berenang tetap dapat menjadi aktivitas yang menyenangkan dan menyehatkan tanpa harus khawatir terkena penyakit.

Sumber:

Florentin, A., Hautemanière, A., & Hartemann, P. (2011). Health effects of disinfection by-products in chlorinated swimming pools. International Journal of Hygiene and Environmental Health, 214(6), 461–469. https://doi.org/10.1016/j.ijheh.2011.07.012

Manasfi, T., Coulomb, B., & Boudenne, J. L. (2017). Occurrence, origin, and toxicity of disinfection byproducts in chlorinated swimming pools: An overview. International Journal of Hygiene and Environmental Health, 220(3), 591–603. https://doi.org/10.1016/j.ijheh.2017.01.005

Mirel, I., Penţia, D., Florescu, C., & Ionescu, D. (2015). Water treatment from swimming pool, piscine  and swimming basins. Scientific Bulletin of Politehnica University of Timişoara, 60(74)(2).

Ilyas, H., Masih, I., & Van Der Hoek, J. (2018). Disinfection methods for swimming pool water: byproduct formation and control. Water, 10(6), 797. https://doi.org/10.3390/w10060797

Suh, D. H., & Abdel-Rahman, M. S. (1985). Mechanism of chloroform formation by chlorine and its inhibition by chlorine dioxide. Toxicological Sciences, 5(2), 305–313. https://doi.org/10.1093/toxsci/5.2.305

Tanzila, R. A. (2018). PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP KEBUGARAN KARDIORESPIRASI PADA SISWA SMP DI PALEMBANG. PROCEEDING UMSURABAYA. http://103.114.35.30/index.php/Pro/article/download/1507/1210

Pierre, J. J., & Tolisano, A. M. (2023). What is Swimmer’s ear? JAMA Otolaryngology– Head & Neck Surgery, 149(7), 652. https://doi.org/10.1001/jamaoto.2023.0997

Baca Juga: