Sudah menjadi hal yang lumrah ketika mendekati akhir tahun seperti saat ini, Indonesia sedang mengalami musim hujan. Sejak bulan September lalu, beberapa daerah di Indonesia telah dilanda hujan mulai dari curah hujan kecil hingga besar. Datangnya musim hujan memberikan dampak pada berbagai aspek, salah satunya adalah kualitas air. Tidak sedikit masyarakat yang mengeluhkan air keruh setelah hujan. Hal ini lebih sering terjadi pada masyarakat yang menggunakan air sumur sebagai sumber airnya.
Penyebab utama air sumur menjadi keruh setelah terjadi hujan adalah karena rembesan air permukaan tanah yang masuk ke dalam sumur. Partikel-partikel tanah seperti zat besi (Fe) dan Mangan (Mn) merembes ke dalam sumur di bawa oleh air hujan. Kandungan zat-zat tersebutlah yang menyebabkan warna air menjadi lebih keruh atau berwarna kuning kecoklatan. Selain berubah warna, air dengan kandungan tersebut juga menimbulkan bau yang kurang sedap. Bahkan, dapat meninggalkan warna kuning pada dinding atau bercak-bercak kuning pada pakaian.
Tidak berhenti sampai di situ saja, air keruh juga memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan. World Health Organization (WHO) melakukan sebuah studi terkait dengan air sumur yang terkontaminasi dapat menyebabkan sejumlah penyakit seperti diare, kolera, tifus, hepatitis A, dan penyakit lainnya. Studi yang sama juga menyebutkan bahwa 1,8 juta orang terutama anak-anak meninggal setiap tahun akibat air yang tidak layak konsumsi. Studi lain yang dilakukan oleh organisasi nirlaba WaterAid menyebutkan 30% kasus kebutaan pada anak di negara berkembang disebabkan oleh trakoma, di mana penyakit tersebut salah satunya disebabkan oleh akses air bersih yang terbatas.
Melihat berbagai dampak tersebut, perlu segera dilakukan pencegahan air keruh ketika musim hujan. Terlebih Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjelaskan bahwa 60% sumur gali di Indonesia tidak memenuhi standar air bersih yang layak konsumsi. Penyaringan air atau filtrasi air diperlukan untuk mencegah terjadinya air keruh saat musim hujan. YUKI Water Treatment sebagai solution provider, memiliki sebuah solusi bernama EVI yang merupakan teknologi filtrasi air dari Amerika Serikat.
Enpress Vortech Inside (EVI) menggunakan teknologi Vortech yang mampu menghemat 30% air saat backwash karena strainer yang digunakan berukuran 2,5 kali lebih besar dibandingkan strainer konvensional. Teknologi ini mampu membuat proses filtrasi menjadi lebih optimal jika dibandingkan dengan filter air lainnya. Dengan menggunakan EVI, Anda tidak perlu mengkhawatirkan air keruh saat musim hujan tiba.
Baca Juga:
- Efisiensi Pakan Ayam Meningkat Berkat Air yang Berkualitas
- Benarkah Filter Air Terinspirasi dari Tubuh Ikan? Simak Penjelasannya Berikut Ini
- Solusi Air Berkualitas untuk Hasil Budidaya yang Optimal dengan Tim Aquaculture YUKI
- Jangan Salah! Ini Dampak Buruk Pemberian Air yang Asal-Asalan pada Ayam Broiler
- Setengah dari Warga Jakarta Jadikan Junk Food Sarapan, Netralisir dengan Air Minum Berkualitas