Beberapa waktu ini terdapat temuan bromat pada air minum dalam kemasan setelah melalui proses ozonisasi yang berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa, dan warna pada air. Bromat merupakan salah satu senyawa yang tidak boleh terdapat di dalam produk makanan dan minuman. Lantaran bromat merupakan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan nyeri perut, diare, dan muntah dalam jumlah besar dan jangka waktu yang lama, bahkan dapat menyebabkan gangguan ginjal hingga kanker.

Terbentuknya bromat dapat dipengaruhi seperti yang disebabkan oleh konsentrasi ion bromida yang ada pada air baku, pH air, kadar ozon yang digunakan pada saat proses ozonisasi dan juga waktu kontak proses ozonisasi. Berdasarkan pada ketentuan WHO kandungan bromat yang aman untuk air minum yaitu 0,01 miligram per liter. Namun menurut Dr. Dra. L. Rizka Andalusia, Apt., M.Pharm., MARS mengatakan bahwa bromat sebenarnya tidak boleh terdapat di dalam AMDK.

Adanya bromat pada AMDK sulit dihindari karena bromat  (BrO₃⁻) terbentuk dari reaksi antara ion Bromida (Br⁻) yang biasanya terdapat pada air baku dengan ozon (O₃) saat proses ozonisasi. Beberapa solusi untuk mencegah timbulnya risiko bromat dalam proses ozonisasi di industri AMDK adalah dengan mengatur dosis ozon yang digunakan agar tidak berlebihan, sehingga konsentrasi ozon dapat terkendali. Selain itu, pengujian kualitas air secara rutin juga diperlukan untuk memantau kadar bromat.

Metode yang efektif untuk mengurangi konsentrasi bromat adalah dengan menggunakan sinar UV, terutama UV-C karena memiliki kemampuan untuk memecah senyawa berbahaya di dalam air. Proses yang terjadi yaitu melalui mekanisme fotolisis, di mana energi UV akan memecah ikatan senyawa tersebut. Salah satu studi penelitian oleh Kuo et al (2013) menunjukan bahwa kadar awal bromat 20 µg/L setelah di sinari dengan UV berkurang hingga menjadi 5 µg/L sehingga terjadi penurunan hingga hampir 75% dari kadar bromat yang terbentuk sebelumnya.

Baca Juga: